Segudang Manfaat Hutang Mangrove
Sumber: dictio.id |
Hutan bakau atau disebut
juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di air payau dan
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di
tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik.
Baik di teluk – teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di
sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang
dibawanya dari hulu. Hutan mangrove tumbuh di
sepanjang pesisir pantai, muara sungai, bahkan ada yang tumbuh di rawa gambut.
Komunitas dan pertumbuhan hutan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor alam,
misalnya tipe tanah, salinitas, dan pasang surut, serta hempasan gelombang.
Tanah berlumpur sangat baik
sebagai media tumbuh sebagian besar jenis-spesies mangrove di Indonesia. Rhizopora
mucronata dan Avicennia marina merupakan dua contoh spesies yang
berkembang dengan baik pada tipe tanah tersebut. Sementara itu, spesies
seperti Rhizopora stylosa tumbuh baik pada media tanah
berpasir. Spesies mangrove juga dupat tumbuh pada media pantai berbatu
seperti misalnya R. stylosa dan Sonneratia alba. Ekosistem hutan bakau bersifat
khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya abrasi tanah; salinitas tanahnya
yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut.
Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan
jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati
proses adaptasi dan evolusi.
Sumber: lestari-indonesia.org |
Beraneka jenis tumbuhan dijumpai
di hutan bakau. Akan tetapi hanya sekitar 54 spesies dari 20 genera,
anggota dari sekitar 16 suku, yang dianggap sebagai jenis-jenis mangrove
sejati. Yakni jenis-jenis yang ditemukan hidup terbatas di lingkungan hutan
mangrove dan jarang tumbuh di luarnya. Dari jenis-jenis itu, sekitar 39
jenisnya ditemukan tumbuh di Indonesia; menjadikan hutan bakau Indonesia
sebagai yang paling kaya jenis di lingkungan samudera hindia dan pasifik.
Total jenis keseluruhan yang telah diketahui, termasuk jenis-jenis mangrove
ikutan, adalah 202 spesies (Noor dkk, 1999).
Hutan mangrove memiliki peran
ekologis yang besar bagi kehidupan manusia. Telah berabad-abad lamanya
dijadikan tumpuan jutaan orang yang hidup di pesisir. Hutan ini memiliki
banyak fungsi mulai dari penyedia sumber makanan, bahan baku industri, mencegah
banjir, mencegah erosi, hingga fungsi rekreasi. Berikut ini beberapa fungsi
utama hutan mangrove.
1. Menahan abrasi
Sumber: Maritimnews.id |
Mangrove tumbuh disepanjang garis
pantai seakan-akan memisahkan antara lautan dan daratan. Keberadaan mangrove
menghambat gelombang dan angin yang datang dari arah laut agar tidak langsung
membentur daratan. Di daerah-daerah yang memiliki tutupan mangrove hampir tidak
ditemukan aberasi parah. Bahkan di daerah-daerah tertentu keberadaan
mangrove melindungi pemukiman, pertanian dan fasilitas lain yang terdapat
dibelakangnya. Pada tahun 1993 saat terjadi tsunami, dusun Tongke-tongke dan
Pangasa di Sinjai, Sulawesi Selatan, terhindar dari gelombang pasang. Kedua
dusun itu memiliki tutupan mangrove yang tebal. Kontras dengan dusun-dusun
disekitarnya yang mengalami kerusakan cukup parah karena tidak memiliki
mangrove.
2. Membentuk lahan baru
Vegetasi mangrove mempunyai
kemampuan untuk memerangkap sedimen lumpur yang di bawa dari arah daratan.
Akar-akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, sehingga
terjadi konsolidasi sedimen di hutan mangrove. Sifat memerangkap sedimen
ini dihubungkan dengan kemampuan hutan mangrove untuk menciptakan daratan
baru. Pertumbuhan hutan mengrove yang terus merangsek ke laut disinyalir bisa
menambah luas daratan, meski hal ini masih diperdebatkan.
Sumber: Mangrovemagaz.com |
3. Mencegah intrusi air laut
Beberapa jenis mangrove mempunyai
kemampuan untuk beradaptasi terhadap salinitas air laut. Salah satunya dengan
kelenjar khusus pada daun yang dapat mengeluarkan garam. Lapisan mangrove
paling depan (mengarah ke laut) biasanya mempunyai kemampuan beradaptasi dengan
salinitas tinggi. Semakin ke belakang areal mangrove semakin tawar. Dengan
adanya kemampuan ini, hutan mangrove dipercaya bisa mencegah intrusi air laut.
4. Menyediakan makanan dan
material
Sudah diketahui sejak lama bahwa
hutan mangrove merupakan tempat berkembang biak ikan, udang, kepiting, moluska
dan hewan-hewan lainnya. Keberadaan mangrove berkorelasi positif dengan
produksi perikanan setempat. Ikan-ikan bernilai komersial tinggi banyak yang
mengandalkan mangrove sebagai tempat regenerasi. Sebagai contoh,
menurunnya produksi ikan di Bagan Siapi-api disebabkan oleh rusaknya habitat
mangrove. Padahal di era perang dunia II daerah ini merupakan penghasil ikan
utama dunia. Selain sumber makanan, mangrove juga diambil kayunya untuk
bahan bangunan dan industri. Konon pulp yang diambil dari kayu mangrove
merupakan bahan untuk kertas premium. Kayu bakar dari mangrove juga terkenal
bermutu tinggi. Selain itu, mangrove dimanfaatkan untuk diambil tanin-nya.
5. Sumber keanekaragaman hayati
Hutan mangrove merupakan sumber
plasma nutfah dan keanekaragaman hayati. Selain ikan, hutan ini menjadi habitat
hidup berbagai satwa mulai yang umum hingga satwa langka. Mulai dari
jenis-jenis burung hingga primata.
Dari segi ekonomi, hutan mangrove
menghasilkan beberapa jenis kayu yang berkualitas baik, dan juga
hasil-hasil non-kayu atau yang biasa disebut dengan Hasil Hutan Bukan Kayu
(HHBK), berupa arang kayu; tanin, bahan pewarna dan kosmetik; selain
itu Hutan mangrove menjadi habitat berbagai jenis fauna, mulai dari satwa air
hingga primata. Ekosistem mangrove menjadi tempat berkembang biak berbagai
satwa air seperti ikan, udang-udangan, kepiting dan moluska. Beberapa jenis
burung air juga memilih tempat ini untuk berkembang biak. Selain itu mangrove
menjadi tempat mencari makan sejumlah satwa liar seperti reptil dan mamalia.
Berikut ini jenis-jenis satwa yang sering dijumpai di hutan mangrove:
1. Ikan
Sumber : Lisa.id |
2. Kepiting
Kepiting merupakan hewan yang paling umum dan mudah ditemukan di areal
mangrove. Menurut sejumlah penelitian rata-rata ada 10-70 ekor kepiting di
setiap meter persegi hutan mangrove.
3. Moluska
Moluska banyak di temukan di hutan mangrove Indonesia. Hewan ini hidup di dalam tanah, permukaan tanah, atau menempel di batang-batang pohon.
Moluska banyak di temukan di hutan mangrove Indonesia. Hewan ini hidup di dalam tanah, permukaan tanah, atau menempel di batang-batang pohon.
4. Udang-udangan
Mangrove juga menjadi habitat udang-udangan (Crustacea) yang memiliki nilai komersial tinggi.
Mangrove juga menjadi habitat udang-udangan (Crustacea) yang memiliki nilai komersial tinggi.
5. Serangga
Serangga yang banyak hidup di hutan mangrove kebanyakan berasal dari ordo Hymenoptera, Diptera dan Psocoptera. Serangga memiliki peran penting dalam jaring makanan di hutan mangrove. Beberapa diantaranya menjadi pakan bagi burung air, ikan, dan reptil.
Serangga yang banyak hidup di hutan mangrove kebanyakan berasal dari ordo Hymenoptera, Diptera dan Psocoptera. Serangga memiliki peran penting dalam jaring makanan di hutan mangrove. Beberapa diantaranya menjadi pakan bagi burung air, ikan, dan reptil.
6.
Reptil
Reptil yang ditemukan di hutan mangrove biasanya dapat ditemukan juga di lingkungan air tawar atau di daratan. Beberapa diantaranya adalah buaya muara, biawak, ular air, ular mangrove (Boiga dendrophila), dan ular tambak.
Reptil yang ditemukan di hutan mangrove biasanya dapat ditemukan juga di lingkungan air tawar atau di daratan. Beberapa diantaranya adalah buaya muara, biawak, ular air, ular mangrove (Boiga dendrophila), dan ular tambak.
7. Amphibia
Hewan jenis amphibi jarang ditemukan di areal mangrove. Sejauh ini hanya ada dua jenis amphibi yang sanggup hidup di lingkungan bersalinitas tinggi seperti mangrove, yakni Rana cancrivora dan Rana limnocharis.
Hewan jenis amphibi jarang ditemukan di areal mangrove. Sejauh ini hanya ada dua jenis amphibi yang sanggup hidup di lingkungan bersalinitas tinggi seperti mangrove, yakni Rana cancrivora dan Rana limnocharis.
8. Burung
Hutan mangrove adalah surga bagi burung air dan burung migrasi lainnya. Setidaknya ada 200 spesies burung yang bergantung pada ekosistem mangrove, atau sekitar 13% dari seluruh burung yang ada di Indonesia. Beberapa di antaranya termasuk burung-burung bangau yang terancam punah, seperti bangau wilwo (Mycteria cinerea), bubut hitam (Centropus nigrorufus), dan bangau tongtong (Leptoptilos javanicus).
Hutan mangrove adalah surga bagi burung air dan burung migrasi lainnya. Setidaknya ada 200 spesies burung yang bergantung pada ekosistem mangrove, atau sekitar 13% dari seluruh burung yang ada di Indonesia. Beberapa di antaranya termasuk burung-burung bangau yang terancam punah, seperti bangau wilwo (Mycteria cinerea), bubut hitam (Centropus nigrorufus), dan bangau tongtong (Leptoptilos javanicus).
Sumber: Indonesia.gi.id |
9. Mamalia
Mamalia menjadikan habitat mangrove sebagai tempat mencari makan. Beberapa diantaranya adalah babi liar, kelalawar, kancil, berang-berang, dan kucing bakau. Sedangkan untuk mamalia air ada lumba-lumba yang hidup disekitar muara. Bahkan harimau sumatera juga ditemukan berkeliaran di hutan mangrove wilayah Sungai Sembilang, Sumatera Selatan. Primata merupakan salah satu jenis mamalia yang sering mencari makan di hutan mangrove. Diantaranya ada lutung, monyet ekor panjang, dan bekantan. Namun mamalia tersebut tidak ada yang eksklusif hidup di hutan mangrove.
Mamalia menjadikan habitat mangrove sebagai tempat mencari makan. Beberapa diantaranya adalah babi liar, kelalawar, kancil, berang-berang, dan kucing bakau. Sedangkan untuk mamalia air ada lumba-lumba yang hidup disekitar muara. Bahkan harimau sumatera juga ditemukan berkeliaran di hutan mangrove wilayah Sungai Sembilang, Sumatera Selatan. Primata merupakan salah satu jenis mamalia yang sering mencari makan di hutan mangrove. Diantaranya ada lutung, monyet ekor panjang, dan bekantan. Namun mamalia tersebut tidak ada yang eksklusif hidup di hutan mangrove.
Komentar
Posting Komentar